Pasar Tumpah Pondok Gede - Journal Noviyanti

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Tuesday, September 10, 2019

Pasar Tumpah Pondok Gede

Pasar Tumpah Pondok Gede
Antara pedangang dan pembeli di pasar tumpah pondok gede.
Foto: Noviyanti 

Ketika awan menampakan warna jingga kemerah-merahan, saatnya lampu bergantungan di atas meja seakan siap menemani transaksi jual-beli berbagai macam dagangan yang akan dijual. Pasar tumpah terletak di Jalan Raya Pondok Gede, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pedagang Kaki Lima (PKL) mendirikan tempatnya di sisi Jalan Raya Pondok Gede. Pasar tumpah menyediakan macam-macam keperluan bahan makanan seperti halnya sayur-sayuran, ikan segar, ayam, daging sapi, tomat, cabai, bawang, umbi-umbian, bumbu masakan siap saji, dan lain-lain. Pada sisi jalan dipenuhi lapak-lapak PKL.

Robin Panjaitan, pedagang sayur-sayuran di Pasar tumpah dan sudah lama berjualan di tempat itu. Ia ditemani dua anak laki-lakinya berjualan cabai, bawang, kentang, tomat, wortel, dan lain-lain. Akan tetapi, anak pertamanya berjualan di meja berbeda tepat di belakang Ayahnya sedangkan anak keduanya membantu berdagang sayur-sayuran.

Pedagang wajib memberikan uang kebersihan dan keamanan, terkadang ada saja oknum yang tidak bertanggung jawab seperti preman meminta uang kepada pedagang-pedagang. “Sudah biasa kalau mereka meminta uang,” ujar Robin. Ia lebih baik memberi dan tidak mau ambil masalah soal itu.

Apabila pihak Satpol PP melakukan penertiban jalan, maka pedagang tidak dapat membuka gerai dagangan sampai mereka pergi barulah pedagang bisa berjualan. “Ya mau gimana lagi karena memang sudah tugas mereka seperti itu” tuturnya. Belum lagi banjir akibat selokan yang mampat dan menyebabkan bau tidak sedap, para pedagang dan pembeli merasa tidak nyaman. Akan tetapi, para pedagang harus tetap berjualan dengan terpal yang sekiranya dapat menutupi barang dagangannya.

Sebagian pedagang berjualan di dalam Pasar Pondok Gede, tetapi pedagang lebih memilih berjualan di sisi jalan Pasar tumpah. “Hasil pendapatan lebih menguntungkan dan tempatnya lebih mudah dijangkau oleh pembeli. Sedangkan di dalam pasar pedagang harus membayar tempat kios, dibandingkan berdagang di sisi jalan hanya membayar keamanan dan kebersihan saja” ucapnya.

Pasar tumpah tidak menyediakan tempat parkir bagi pembeli yang singgah, lalu memarkirkan kendaraan di sembarang tempat. Tidak hanya itu, angkutan umum ngetem tidak pada tempatnya untuk menunggu maupun mengangkut penumpang yang sudah selesai berbelanja sehingga menyebabkan kemacetan di Jalan Raya Pondok Gede.

Pasar Tumpah Pondok Gede
Seorang kakek yang menjual tali bambu.
Foto: Noviyanti

Dari banyaknya pedagang yang mendirikan meja untuk berdagang, berbeda halnya dengan seorang Kakek yang berdiri di pinggir jalan memakai peci hitam, baju abu-abu, celana panjang hijau, dan sandal jepit, sambil menggengam tali bambu yang hendak dijualnya. Tali bambu digunakan untuk mengikat sayur-sayuran yang biasa dipakai oleh pedagang.

Ketika saya bertanya, “Kakek berapa harga tali bambu satu ikatnya?” maka beliau hanya menggerakkan tangan memberi isyarat ke saya dengan mengepalkan tangannya. Pedagang yang berada di belakang Kakek itu berkata kepada saya bahwa beliau tidak bisa berbicara, atau tunawicara.

Beberapa pembeli menghampiri dan memberikan uang untuk membeli barang dagangannya. Meskipun begitu, ada juga yang memberikan uang tanpa mengambil tali bambu tersebut. Terlihat jelas beliau masih mau berjualan tanpa meminta-minta belas kasihan orang lain.

Sama halnya dengan Pak Robin yang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya tanpa mengenal lelah begitu juga seorang Kakek yang mau berusaha mendapatkan uang dengan berjualan tali bambu tanpa harus mengemis di pinggir jalan.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages