![]() |
Antara pedangang dan pembeli di pasar tumpah pondok gede.
Foto: Noviyanti
|
Ketika awan menampakan warna jingga
kemerah-merahan, saatnya lampu bergantungan di atas meja seakan siap menemani
transaksi jual-beli berbagai macam dagangan yang akan dijual. Pasar tumpah terletak
di Jalan Raya Pondok Gede, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Pedagang
Kaki Lima (PKL) mendirikan tempatnya di sisi Jalan Raya Pondok Gede. Pasar
tumpah menyediakan macam-macam keperluan bahan makanan seperti halnya
sayur-sayuran, ikan segar, ayam, daging sapi, tomat, cabai, bawang,
umbi-umbian, bumbu masakan siap saji, dan lain-lain. Pada sisi jalan dipenuhi
lapak-lapak PKL.
Robin
Panjaitan, pedagang sayur-sayuran di Pasar tumpah dan sudah lama berjualan di tempat
itu. Ia ditemani dua anak laki-lakinya berjualan cabai, bawang, kentang, tomat,
wortel, dan lain-lain. Akan tetapi, anak pertamanya berjualan di meja berbeda
tepat di belakang Ayahnya sedangkan anak keduanya membantu berdagang
sayur-sayuran.
Pedagang
wajib memberikan uang kebersihan dan keamanan, terkadang ada saja oknum yang
tidak bertanggung jawab seperti preman meminta uang kepada pedagang-pedagang. “Sudah
biasa kalau mereka meminta uang,” ujar Robin. Ia lebih baik memberi dan tidak
mau ambil masalah soal itu.
Apabila
pihak Satpol PP melakukan penertiban jalan, maka pedagang tidak dapat membuka gerai
dagangan sampai mereka pergi barulah pedagang bisa berjualan. “Ya mau gimana
lagi karena memang sudah tugas mereka seperti itu” tuturnya. Belum lagi banjir
akibat selokan yang mampat dan menyebabkan bau tidak sedap, para pedagang dan pembeli merasa tidak nyaman. Akan tetapi, para pedagang harus tetap berjualan dengan terpal yang sekiranya dapat menutupi barang dagangannya.
Sebagian
pedagang berjualan di dalam Pasar Pondok Gede, tetapi pedagang lebih memilih
berjualan di sisi jalan Pasar tumpah. “Hasil pendapatan lebih menguntungkan dan
tempatnya lebih mudah dijangkau oleh pembeli. Sedangkan di dalam pasar pedagang
harus membayar tempat kios, dibandingkan berdagang di sisi jalan hanya membayar
keamanan dan kebersihan saja” ucapnya.
Pasar
tumpah tidak menyediakan tempat parkir bagi pembeli yang singgah, lalu memarkirkan
kendaraan di sembarang tempat. Tidak hanya itu, angkutan umum ngetem tidak
pada tempatnya untuk menunggu maupun mengangkut penumpang yang sudah selesai
berbelanja sehingga menyebabkan kemacetan di Jalan Raya Pondok Gede.
![]() |
Seorang kakek yang menjual tali bambu. Foto: Noviyanti |
Dari banyaknya pedagang yang mendirikan meja untuk berdagang, berbeda halnya dengan seorang Kakek yang berdiri di pinggir jalan memakai peci hitam, baju abu-abu, celana panjang hijau, dan sandal jepit, sambil menggengam tali bambu yang hendak dijualnya. Tali bambu digunakan untuk mengikat sayur-sayuran yang biasa dipakai oleh pedagang.
Ketika
saya bertanya, “Kakek berapa harga tali bambu satu ikatnya?” maka beliau hanya
menggerakkan tangan memberi isyarat ke saya dengan mengepalkan tangannya. Pedagang
yang berada di belakang Kakek itu berkata kepada saya bahwa beliau tidak bisa berbicara,
atau tunawicara.
Beberapa
pembeli menghampiri dan memberikan uang untuk membeli barang
dagangannya. Meskipun begitu, ada juga yang memberikan uang tanpa mengambil
tali bambu tersebut. Terlihat jelas beliau masih mau berjualan tanpa meminta-minta belas kasihan orang lain.
Sama halnya dengan Pak Robin yang mencari nafkah untuk menghidupi
keluarganya tanpa mengenal lelah begitu juga seorang Kakek yang mau berusaha
mendapatkan uang dengan berjualan tali bambu tanpa harus mengemis di pinggir
jalan.
No comments:
Post a Comment